Rabu, 15 Desember 2010

GUNUNG KRAKATAU

 A. Selayang Pandang 
Menyebut Gunung Krakatau (Krakatoa), ingatan kita langsung tertuju pada letusannya yang dahsyat di hari Senin, 27 Agustus 1883. Konon, suara letusan Gunung Krakatau saat itu mencapai radius 4.500 kilometer dari titik pusat letusan dan terdengar oleh seperdelapan penduduk bumi. Debunya berhamburan ke udara mencapai ketinggian 80 kilometer di atas permukaan laut dan kabarnya bisa dilihat dari langit Norwegia dan New York. Letusan dahsyatnya itu memicu gelombang laut pasang setinggi 40 meter dan memporak-porandakan sekitar 165 desa serta menewaskan sekitar 36.417 orang yang berada di sepanjang Teluk Lampung dan pantai barat Banten. The Guinness Book of Record mencatat sebagai ledakan yang paling hebat yang pernah terekam dalam sejarah manusia modern. Para ilmuwan mengkategorikan letusannya sebagai letusan super volcano. Letusan tersebut sekaligus mengakhiri aktivitas Gunung Krakatau yang sisa-sisanya saat ini masih dapat dilihat pada Gunung Rakata Besar.  Dewasa ini, daya tarik gunung yang berada di perairan Selat Sunda yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra ini terletak pada eksotisme bentangan alam sisa-sisa letusan Gunung Krakatau dan aktivitas Anak Gunung Krakatau yang fluktuatif. Selain itu, ketinggian Gunung Anak Krakatau yang senantiasa bertambah dari waktu ke waktu juga menjadi daya tarik lain gunung yang terletak di Kepulauan Krakatau ini. Menurut pakar kegunungapian, ketinggian Gunung Anak Krakatau setiap bulannya bertambah sekitar 5 sentimeter. Para ilmuan mencatat, Gunung Anak Krakatau muncul ke permukaan pertama kali pada tahun 1927, atau sekitar 44 tahun pascaletusan dahsyatnya. Waktu itu, para nelayan yang sedang mencari ikan di kawasan Selat Sunda terkejut melihat kepulan asap hitam yang muncul di antara Pulau Rakata Besar, Pulau Rakata Kecil/Pulau Panjang, dan Pulau Sertung yang mengelilingi kaldera (kawah besar) letusan Gunung Krakatau.  Dengan segenap pesona dan misteri alamnya yang sedemikian rupa, cukup alasan kiranya mengapa kawasan Gunung Krakatau dan sekitarnya senantiasa mengundang minat orang untuk berkunjung ke sana, baik para wisatawan yang hanya sekadar untuk bertamasya atau mencari inspirasi maupun kalangan ilmuwan yang datang dalam rangka penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 

B. Keistimewaan 
Penuh misteri namun eksotik. Mengerikan tapi juga memesona. Begitulah kira-kira kesan ketika mengunjungi kawasan Gunung Krakatau. Meskipun rute menuju gunung ini berliku-liku, penuh tantangan, serta terik matahari dan panas pasir yang tidak kenal kompromi, namun semuanya akan terobati ketika berhasil menaklukkan gunung yang berada di tengah-tengah lautan ini. Letusan dahsyatnya pada tahun 1883 memang menghancurkan tiga perempat tubuh Gunung Krakatau, namun letusan itu juga menyisakan bentangan alam yang sangat elok dipandang mata. Pesona kaldera (kawah besar) yang dikelilingi oleh Gunung Rakata Besar, Gunung Rakata Kecil/Gunung Panjang, dan Gunung Sertung menambah daya tarik kawasan ini.  Sekalipun tergolong daerah tandus, namun kawasan Gunung Krakatau masih menyimpan berbagai koleksi flora dan fauna yang langka. Beberapa koleksi flora yang dapat dijumpai di sini, antara lain, kelapa (cocos nucifera), ketapang (terminalia catappa), cemara (casuarina equisetifolia), dan lain sebagainya. Berbagai kekayaan faunanya, seperti biawak (varanus salvator), penyu hijau (cholenia midas), ular piton (phyton sp), kalong (pteropus vampirus), burung raja udang (alcedo atthis), kadal (lygosoma), burung hantu, dan kupu-kupu, juga dapat dijumpai di sini.  Sementara itu, laut biru yang mengitari Gunung Krakatau juga tidak bosan-bosannya dipandang mata, seolah-olah laut tersebut telah ditakdirkan menjadi pengawal abadinya. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin menikmati kawasan ini dengan cara yang berbeda, dapat memancing ikan di tepi kaki Gunung Krakatau yang dihuni oleh berbagai jenis ikan. Air lautnya yang bersih dan jernih sangat mendukung aktivitas wisatawan yang ingin berenang atau snorkeling. Dengan menyelam, wisatawan akan berdecak kagum melihat pesona dan kehidupan biota bawah laut, seperti rancaknya terumbu karang dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. Bila beruntung, wisatawan dapat melihat salah satu spesies fauna laut yang terlihat cantik dan lucu dengan warna merah berpadu garis putih, yaitu ikan nemo (amphiprion ocellaris). Biasanya, spesies yang dijuluki ikan badut ini hidup di antara karang-karang beracun dan tidak lari ketika didekati oleh para penyelam.  Ketika hari merangkak senja, eksotisme kawasan Gunung Krakatau kian kentara. Wisatawan akan terkagum-kagum melihat pesona matahari tenggelam (sunset). Dari punggung gunung ini, wisatawan dapat melihat keindahan Selat Sunda, Teluk Lampung yang rancak, pesona pantai barat Banten, lalu-lalang kapal penyeberangan Merak-Bakauheni yang selalu ramai, dan kerlap-kerlip bagan nelayan dari kejauhan.  Lain pesona Gunung Krakatau, lain lagi pesona Gunung Anak Krakatau. Bila Gunung Krakatau sudah satu abad lebih tidak aktif, sebaliknya kondisi Gunung Anak Krakatau masih aktif dan bahkan pernah meletus beberapa kali. Daya tarik Gunung Anak Krakatau justru pada kondisinya yang fluktuatif, di samping ketinggiannya yang terus bertambah saban waktu. Bila kondisinya sedang tidak normal, turis dilarang mendekatinya. Andai diizinkan, turis hanya diperbolehkan mendekatinya dalam radius tertentu, maksimal sampai di punggung Gunung Anak Krakatau. Kawahnya yang senantiasa menyemburkan bebatuan, pasir, debu, dan lava panas merupakan momen-momen yang selalu dinanti-nantikan oleh turis domestik maupun asing. Dalam kondisi demikian, turis dapat melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang bagai “kembang api di tengah pesta” itu dari Pulau Sebesi dan Pantai Kalianda Lampung atau dari kawasan pantai barat Banten. Jika sedang stabil, turis dapat melihat bekas muntahan Gunung Anak Krakatau berupa bongkahan tanah dan batu yang didominasi warna cokelat kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran.  Dengan potensi alam, pesona, dan misteri Gunung Krakatau yang sedemikian rupa, masuk akal kiranya bila kalangan ilmuwan menjadikan kawasan tersebut sebagai laboratorium alam bagi beberapa disiplin ilmu, seperti geologi, vulkanologi, biologi, dan konservasi, selain tempat tamasya yang eksotik tentunya. Bahkan, ada juga yang menominasikan Gunung Krakatau sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia. 

C. Lokasi 
Secara administratif, Gunung Krakatau masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia. 

D. Akses
Bagi pelancong yang berada di Provinsi Banten, dapat naik kapal ferry (Roro) dari Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, menuju Pelabuhan Bakauheni, Kota Bandar Lampung, yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam pelayaran. Dari Pelabuhan Merak, perjalanan dilanjutkan dengan naik bus menuju Kota Kalianda, ibukota Kabupaten Lampung Selatan, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Dari Kota Kalianda, pelancong naik bus lagi menuju Dermaga Desa Canti dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Kemudian, dari Dermaga Desa Canti, pelancong dapat menyewa perahu motor menuju Kepulauan Krakatau dengan waktu tempuh sekitar 150 menit.  Sedangkan pelancong yang berada di Provinsi Lampung dapat memulai perjalanan dengan naik bus dari Terminal Bus Rajabasa atau Terminal Bus Panjang, Kota Bandar Lampung menuju Kalianda dengan waktu tempuh lebih-kurang 45 menit. Dari Kalianda, perjalanan dilanjutkan dengan naik bus menuju Dermaga Desa Canti dan kemudian menyewa perahu motor menuju Kepulauan Krakatau.  Selain rute-rute di atas, pelancong juga dapat mengakses Gunung Krakatau dari Pantai Anyer, Pantai Carita, dan Pantai Tanjung Lesung yang dapat ditempuh dalam waktu dua jam dengan menyewa speed boat. 
E. Harga Tiket
Dalam proses konfirmasi.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Sarana akomodasi dan fasilitas wisata terdekat terdapat di Kota Kalianda dan Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, serta kawasan wisata di sepanjang pantai barat Banten, seperti Pantai Anyer, Pantai Carita, dan Pantai Tanjung Lesung. Di tempat-tempat tersebut terdapat home stay, camping ground, resort, wisma, vila, dan hotel dengan berbagai tipe. Kawasan tersebut juga dilengkapi dengan jaringan fiber optik internet, pondok wisata, shelter, arena bermain anak-anak, rumah makan, taman parkir, sentra oleh-oleh dan suvenir, persewaan perlengkapan menyelam, serta persewaan perahu dan speed boat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar