Minggu, 19 Desember 2010

Asal usul baduy dalam


BADUY

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Kanekes sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.
Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Kanekes sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-orang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.

SI MANIS ???


NAAAAAH, INI NIH YANG AKU MAKSUD SI MANIS .
THIS IS IT ! GIPAAAAAAAAANG ^_^

Banten - Makanan ringan yang satu ini konon merupakan salah satu penganan khas Banten yang banyak dijual sebagai oleh-oleh. Rasanya renyah, manis, sedikit lengket karena terbuat dari ketan yang dicampur dengan air gula. Mau mencicipinya?

Jarak Banten dan Jakarta memang tak begitu jauh. Namun tak banyak yang tahu kalau kota kecil ini juga menyimpan sejumlah penganan yang menggoyang lidah. Salah satu makanan ringan khas Banten yang cukup populer baik dinikmati sebagai camilan maupun oleh-oleh adalah kue gipang.

Boleh dibilang bahan-bahan pembuat kue gipang sangat sederhana. Bahan utama untuk membuatnya adalah beras ketan putih atau ketan merah. Setelah dikukus, ketan lalu didinginkan dan dicuci air bersih lalu ketan pun dijemur hingga kering. Nah, kemudian barulah digoreng dan dicampur dengan air gula sehingga teksturnya khas sedikit lengket saat disantap.

Gipang yang sudah jadi lalu dipotong-potong tipis. Jika dulu gipang tidak memiliki variasi rasa, kini gipang dibuat dalam berbagai varian rasa seperti rasa pandan dan gula merah. Ada pula yang dioles dengan selai kacang diatasnya untuk memberikan rasa yang gurih-gurih enak.

Kini gipang bisa dibilang merupakan penganan yang cukup langka, tak banyak lagi penjual penganan ini di luar kota Serang. Bahkan di Banten sendiri gipang hanya dibuat di industri-industri rumahan di kampung-kampung. Padahal makanan ringan ini memiliki potensi yang sangat besar, sebab selain rasanya enak harga gipang pun sangat terjangkau.

Kalau jalan-jalan ke kota Serang, penjual gipang bisa ditemukan di perempatan Ciceri, gerbang jalan tol Serang Timur, dan Pasar Lama. Untuk sekantong kue gipang dibandrol dengan harga Rp 10.000,00 - Rp 12.000,00 saja. Sebuah harga yang terbilang murah untuk camilan jadoel renyah manis ini!


Maka dari itu ayoo beli gipang!! Lestarikan makanan khas Banten. Wuayyooo lets buy it!! :D
KITE KUEHH WUONG BUANTEN! PUANTEK SIRE ORE BELI HUAHAHA

Jumat, 17 Desember 2010

Wisata Ziarah

Ratusan bahkan Ribuan manusia di Kompleks Masjid Agung Banten Lama menjadi pemandangan yang biasa terlihat pada setiap hari-hari besar agama Islam. Kompleks peninggalan Kesultanan Islam Banten memang lebih dikenal sebagai tempat berziarah. Banten Lama menyimpan banyak cerita sejarah, tak sekadar tempat wisata ziarah.

Memasuki pintu gerbang situs Banten Lama di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, sepintas terasa terbawa ke cerita masa lalu. Masa di mana Kesultanan Banten mengalami kejayaan pada abad XVI-XVIII Masehi. Sisa bangunan tua mulai terlihat menyembul di antara rumpun padi di sebelah kiri jalan masuk. Bangunan itu merupakan sisa gapura Gedong Ijo, tempat tinggal para perwira kerajaan. Melaju beberapa meter dari gerbang, puing-puing reruntuhan bangunan besar mulai terlihat. Itulah Keraton Surosowan, kediaman para sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552 hingga Sultan Haji yang memerintah pada 1672-1687.

Semula, bangunan keraton yang seluas hampir 4 hektar itu bernama Kedaton Pakuwan. Terbuat dari tumpukan batu bata merah dan batu karang, dengan ubin berbentuk belah ketupat berwarna merah. Sisa bangunan yang kini masih bisa dinikmati adalah benteng setinggi 0,5-2 meter yang mengelilingi keraton dan sisa fondasi ruangan. Sisa pintu masuk utama di sisi utara kini tinggal tumpukan batu bata merah dan bongkahan batu karang yang menghitam. Bangunan kolam persegi empat di tengah keraton merupakan pemandangan lain yang ada di dalam benteng.

Menurut catatan sejarah, puing itu merupakan bekas kolam Rara Denok, pemandian para putri. Di bagian belakang atau di sisi selatan, terlihat pula sisa bangunan berbentuk kolam menempel pada benteng. Dahulu, kolam itu digunakan sebagai pemandian pria-pria kerajaan, yang disebut Pancuran Mas. Air yang dialirkan ke kolam Rara Denok dan Pancuran Mas berasal dari mata air Tasik Ardi, sebuah danau buatan yang berjarak sekitar 2,5 kilometer di sebelah selatan atau tepatnya barat daya keraton. Disalurkan ke keraton dengan menggunakan pipa yang terbuat dari tanah liat. Sebelum masuk keraton, air dari Tasik Ardi harus melalui tiga kali proses penyaringan. Bangunan penyaringan itu disebut Pangindelan Abang, Pangindelan Putih, dan Pangindelan Mas.

Saat ini lokasi Tasik Ardi masuk dalam wilayah Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu,Kabupaten Serang, yang dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Sementara itu, tiga bangunan pangindelan masih bisa dilihat di Jalan Purbakala, antara Keraton Surosowan dan Tasik Ardi. Sayangnya, sekarang jalan ini hanya bisa dilintasi sepeda karena warga masih menggunakan tempat itu sebagai jalan air di tengah persawahan. Di sudut sebelah barat terlihat sebuah bangunan menyerupai cincin. Tempat itu disebut ruang Pasepen, yang digunakan sebagai tempat sultan beribadah.

Bangunan keraton ini pertama kali dihancurkan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada 1680. Keraton dibumihanguskan saat Kesultanan Banten berperang melawan penjajah Belanda. Simbol kebesaran kerajaan Islam Banten itu kembali dihancurkan pada 1813. Ketika itu, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Herman Daendels memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan keraton karena Sultan Rafiudin (sultan terakhir Kerajaan Banten) tak mau tunduk pada perintah Belanda.

Reruntuhan bangunan keraton juga terlihat di bagian selatan Keraton Surosowan. Pada bagian depan terpancang papan bertuliskan ”Situs Keraton Kaibon”, dengan luas sekitar 2 hektar. Keraton ini dibangun pada 1815 sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah, ibu Sultan Muhammad Rafiuddin yang menjabat sebagai pemimpin pemerintahan karena putranya masih berusia lima tahun. Bangunan bersejarah lain yang bisa dinikmati adalah Jembatan Rante, yang terletak di depan Keraton Surosowan, tepatnya di sebelah utara Masjid Agung Banten Lama.

Jembatan hidraulis itu berdiri di atas kanal yang saat ini sudah menyempit dan berubah fungsi menjadi kubangan air. Dahulu Jembatan Rante digunakan sebagai tempat pemeriksaan kapal-kapal yang keluar-masuk keraton. Jembatan ini akan terangkat jika ada kapal yang lewat dan akan kembali rata setelah kapal berlalu. Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh adalah Masjid Agung Banten Lama, berikut menara setinggi 23 meter. Masjid inilah yang paling terkenal di Situs Banten Lama dan selalu penuh sesak oleh para peziarah, terutama pada peringatan hari-hari besar Islam.

Wihara Avalokitesvara Bukan hanya bangunan masjid, Kesultanan Islam Banten juga menyisakan bangunan wihara Buddha atau klenteng China. Disebelah barat daya Surosowan berdiri Wihara Avalokitesvara, yang dibangun pada 1652. Bangunan wihara ini merupakan peninggalan Sultan Syarief Hidayatullah, yang menikahi seorang putri China saat sang putri bertandang ke Pelabuhan Banten. Wihara dibangun sebagai tempat peribadatan para pengikut putri China, yang kemudian tinggal di Banten Lama.

Saat ini, Wihara Alokitesvara merupakan salah satu wihara tertua di Indonesia, yang kerap dibanjiri peziarah karena terdapat altar Kwan Im Hut Cou atau Dewi Kwan Im. Dewi Kwan Im dipercaya sebagai dewi yang penuh welas asih, yang diyakini sering menolong manusia saat dihadapkan pada berbagai kesulitan. Selain itu, di dalam wihara juga terdapat 15 altar, seperti altar Thian Kong yang berarti Tuhan Yang Maha Esa dan Sam Kai Kong atau penguasa tiga alam.

Setiap tahun wihara di Kampung Kasunyatan, Desa Banten, ini selalu dipadati puluhan ribu pemeluk Buddha dari banyak daerah di Indonesia, Belanda, Jerman, dan Thailand. Mereka datang, terutama, pada peringatan Lak Gwe Cap Kau, saat Dewi Kwan Im mendapatkan kesempurnaan. Terlepas dari itu, berdirinya wihara di kompleks kerajaan Islam bisa menunjukkan tingginya toleransi antarumat beragamapada masa itu. Warga yang berbeda agama bisa hidup berdampingan dengan harmonis di kota tua tersebut.

Untuk melihat dengan jelas sisa-sisa peninggalan Kesultanan Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama bisa menjadi tujuan kunjungan. Gambar peta dunia yang dibuat dengan tulisan tangan juga terpampang di sana. Demikian pula gambar Kiayi Ngabehi Wirapraja dan Kiayi Abi Yahya Sandara, dua Duta Besar Kesultanan Banten untuk Inggris. Itu menunjukkan majunya pemikiran para sultan karena mengerti pentingnya diplomasi.

Koleksi mata uang dan pecahan keramik dari sejumlah negara juga disimpan di museum tersebut. Itu merupakan bukti bahwa Kerajaan Banten memiliki bandar besar, tempat persinggahan dan transaksi perdagangan internasional. Bandar Banten dikunjungi para pedagang dari Gujarat (India), China, Melayu, Persia, dan Eropa. Tidak perlu biaya mahal untuk menikmati sisa keindahan dan cerita kejayaan Kesultanan Islam Banten. Cukup membayar Rp 1.000, pengunjung sudah dapat mengantongi tiket untuk menjelajahi museum seluas 1.000 meter persegi.

Rabu, 15 Desember 2010

SEJARAH UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dimulai dari hasil kesepakatan para tokoh ulama, pemuka masyarakat dan pejabat pemerintah sewilayah I Banten selaku pribadi-pribadi pada tanggal 1 Oktober 1980 didirikanlah Yayasan Pendidikan Serang – Banten, yang dikukuhkan berdasarkan Akte Notaris Rosita Wibisono, S.H. Nomor: 1 tanggal 1 Oktober 1980. Nama Tirtayasa diambil dari nama pahlawan nasional yang berasal dari Banten yaitu Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres RI Nomor: 045/TK/1970), pewaris Kesultanan Banten keempat, yang secara gigih menentang penjajahan Belanda dan berhasil membawa kejayaan dan keemasan Banten.
Satu tahun kemudian setelah berdirinya Yayasan sebagai Badan Hukum Penyelenggara (BHP), pada tanggal 1 Oktober 1981 mulai membuka Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH). Sejalan dengan tumbuhnya aspirasi masyarakat yang haus akan pendidikan serta meningkatnya pembangunan industri di daerah Banten, maka pada tahun akademik 1982/1983 dibuka lagi dua Sekolah Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Teknologi (STT) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) persiapan Universitas Tirtayasa Serang Banten.
Atas dasar kesungguhan yang telah ditunjukkan oleh pengurus yayasan beserta sivitas akademikanya keluarlah Surat Keputusan Mendikbud nomor : 0220/0/1984 dan nomor : 0221/0/1984 perihal status terdaftar STIH dan STIKIP tak lama kemudian masih dalam tahun itu pula yaitu tanggal 28 November 1984 keluarlah SK mendikbud nomor : 0597/0/1984 tentang status terdaftar peningkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum menjadi Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik Universitas Tirtayasa. Perubahan tersebut bagi pengurus yayasan dan sivitas akademikanya merupakan suatu anugrah yang luar biasa yang patut untuk disyukuri. Tahunpun terus bertambah, animo masyarakat untuk memasuki Untirta pun terus meningkat maka dalam tahun akademik 1984/1985 dibuka lagi Fakultas Pertanian. Melalui Akte Perubahan Notaris Ny. R. Arie Soetardjo, SH. Nomor: 1 tanggal 3 Maret 1986 dijelaskan mengenai maksud dan tujuan pendirian yayasan ini adalah : 1. Membantu usaha-usaha pemerintah dalam bidang pendidikan umum, yaitu mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. 2. Mendirikan sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, termasuk juga sekolah-sekolah kejuruan. 3. Merencanakan dan mengusahakan sarana pendidikan, termasuk juga sarana olah raga. Untirta berkembang dengan berdirinya Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi berturut-turut dengan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor: 0123/0/1989 tanggal 8 Maret 1989 dan Nomor: 0331/0/1989 tanggal 30 Mei 1989, masing-masing dengan status terdaftar.
Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1999 keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 130 tentang Persiapan Pendirian Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 32 tanggal 19 Maret 2001, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Perguruan Tinggi Negeri dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Pengalihan aset dan pengelolaan sumber daya dari Yayasan Pendidikan Tirtayasa kepada Pemerintah dilaksanakan paling lama dalam waktu tiga tahun. Saat ini Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terdiri dari enam fakultas, yaitu : Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada tahun akademik 2008/2009 dibuka program S2 Teknologi Pembelajaran (TPm) dan Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI).


GUNUNG KRAKATAU

 A. Selayang Pandang 
Menyebut Gunung Krakatau (Krakatoa), ingatan kita langsung tertuju pada letusannya yang dahsyat di hari Senin, 27 Agustus 1883. Konon, suara letusan Gunung Krakatau saat itu mencapai radius 4.500 kilometer dari titik pusat letusan dan terdengar oleh seperdelapan penduduk bumi. Debunya berhamburan ke udara mencapai ketinggian 80 kilometer di atas permukaan laut dan kabarnya bisa dilihat dari langit Norwegia dan New York. Letusan dahsyatnya itu memicu gelombang laut pasang setinggi 40 meter dan memporak-porandakan sekitar 165 desa serta menewaskan sekitar 36.417 orang yang berada di sepanjang Teluk Lampung dan pantai barat Banten. The Guinness Book of Record mencatat sebagai ledakan yang paling hebat yang pernah terekam dalam sejarah manusia modern. Para ilmuwan mengkategorikan letusannya sebagai letusan super volcano. Letusan tersebut sekaligus mengakhiri aktivitas Gunung Krakatau yang sisa-sisanya saat ini masih dapat dilihat pada Gunung Rakata Besar.  Dewasa ini, daya tarik gunung yang berada di perairan Selat Sunda yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra ini terletak pada eksotisme bentangan alam sisa-sisa letusan Gunung Krakatau dan aktivitas Anak Gunung Krakatau yang fluktuatif. Selain itu, ketinggian Gunung Anak Krakatau yang senantiasa bertambah dari waktu ke waktu juga menjadi daya tarik lain gunung yang terletak di Kepulauan Krakatau ini. Menurut pakar kegunungapian, ketinggian Gunung Anak Krakatau setiap bulannya bertambah sekitar 5 sentimeter. Para ilmuan mencatat, Gunung Anak Krakatau muncul ke permukaan pertama kali pada tahun 1927, atau sekitar 44 tahun pascaletusan dahsyatnya. Waktu itu, para nelayan yang sedang mencari ikan di kawasan Selat Sunda terkejut melihat kepulan asap hitam yang muncul di antara Pulau Rakata Besar, Pulau Rakata Kecil/Pulau Panjang, dan Pulau Sertung yang mengelilingi kaldera (kawah besar) letusan Gunung Krakatau.  Dengan segenap pesona dan misteri alamnya yang sedemikian rupa, cukup alasan kiranya mengapa kawasan Gunung Krakatau dan sekitarnya senantiasa mengundang minat orang untuk berkunjung ke sana, baik para wisatawan yang hanya sekadar untuk bertamasya atau mencari inspirasi maupun kalangan ilmuwan yang datang dalam rangka penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 

B. Keistimewaan 
Penuh misteri namun eksotik. Mengerikan tapi juga memesona. Begitulah kira-kira kesan ketika mengunjungi kawasan Gunung Krakatau. Meskipun rute menuju gunung ini berliku-liku, penuh tantangan, serta terik matahari dan panas pasir yang tidak kenal kompromi, namun semuanya akan terobati ketika berhasil menaklukkan gunung yang berada di tengah-tengah lautan ini. Letusan dahsyatnya pada tahun 1883 memang menghancurkan tiga perempat tubuh Gunung Krakatau, namun letusan itu juga menyisakan bentangan alam yang sangat elok dipandang mata. Pesona kaldera (kawah besar) yang dikelilingi oleh Gunung Rakata Besar, Gunung Rakata Kecil/Gunung Panjang, dan Gunung Sertung menambah daya tarik kawasan ini.  Sekalipun tergolong daerah tandus, namun kawasan Gunung Krakatau masih menyimpan berbagai koleksi flora dan fauna yang langka. Beberapa koleksi flora yang dapat dijumpai di sini, antara lain, kelapa (cocos nucifera), ketapang (terminalia catappa), cemara (casuarina equisetifolia), dan lain sebagainya. Berbagai kekayaan faunanya, seperti biawak (varanus salvator), penyu hijau (cholenia midas), ular piton (phyton sp), kalong (pteropus vampirus), burung raja udang (alcedo atthis), kadal (lygosoma), burung hantu, dan kupu-kupu, juga dapat dijumpai di sini.  Sementara itu, laut biru yang mengitari Gunung Krakatau juga tidak bosan-bosannya dipandang mata, seolah-olah laut tersebut telah ditakdirkan menjadi pengawal abadinya. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin menikmati kawasan ini dengan cara yang berbeda, dapat memancing ikan di tepi kaki Gunung Krakatau yang dihuni oleh berbagai jenis ikan. Air lautnya yang bersih dan jernih sangat mendukung aktivitas wisatawan yang ingin berenang atau snorkeling. Dengan menyelam, wisatawan akan berdecak kagum melihat pesona dan kehidupan biota bawah laut, seperti rancaknya terumbu karang dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. Bila beruntung, wisatawan dapat melihat salah satu spesies fauna laut yang terlihat cantik dan lucu dengan warna merah berpadu garis putih, yaitu ikan nemo (amphiprion ocellaris). Biasanya, spesies yang dijuluki ikan badut ini hidup di antara karang-karang beracun dan tidak lari ketika didekati oleh para penyelam.  Ketika hari merangkak senja, eksotisme kawasan Gunung Krakatau kian kentara. Wisatawan akan terkagum-kagum melihat pesona matahari tenggelam (sunset). Dari punggung gunung ini, wisatawan dapat melihat keindahan Selat Sunda, Teluk Lampung yang rancak, pesona pantai barat Banten, lalu-lalang kapal penyeberangan Merak-Bakauheni yang selalu ramai, dan kerlap-kerlip bagan nelayan dari kejauhan.  Lain pesona Gunung Krakatau, lain lagi pesona Gunung Anak Krakatau. Bila Gunung Krakatau sudah satu abad lebih tidak aktif, sebaliknya kondisi Gunung Anak Krakatau masih aktif dan bahkan pernah meletus beberapa kali. Daya tarik Gunung Anak Krakatau justru pada kondisinya yang fluktuatif, di samping ketinggiannya yang terus bertambah saban waktu. Bila kondisinya sedang tidak normal, turis dilarang mendekatinya. Andai diizinkan, turis hanya diperbolehkan mendekatinya dalam radius tertentu, maksimal sampai di punggung Gunung Anak Krakatau. Kawahnya yang senantiasa menyemburkan bebatuan, pasir, debu, dan lava panas merupakan momen-momen yang selalu dinanti-nantikan oleh turis domestik maupun asing. Dalam kondisi demikian, turis dapat melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang bagai “kembang api di tengah pesta” itu dari Pulau Sebesi dan Pantai Kalianda Lampung atau dari kawasan pantai barat Banten. Jika sedang stabil, turis dapat melihat bekas muntahan Gunung Anak Krakatau berupa bongkahan tanah dan batu yang didominasi warna cokelat kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran.  Dengan potensi alam, pesona, dan misteri Gunung Krakatau yang sedemikian rupa, masuk akal kiranya bila kalangan ilmuwan menjadikan kawasan tersebut sebagai laboratorium alam bagi beberapa disiplin ilmu, seperti geologi, vulkanologi, biologi, dan konservasi, selain tempat tamasya yang eksotik tentunya. Bahkan, ada juga yang menominasikan Gunung Krakatau sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia. 

C. Lokasi 
Secara administratif, Gunung Krakatau masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia. 

D. Akses
Bagi pelancong yang berada di Provinsi Banten, dapat naik kapal ferry (Roro) dari Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, menuju Pelabuhan Bakauheni, Kota Bandar Lampung, yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam pelayaran. Dari Pelabuhan Merak, perjalanan dilanjutkan dengan naik bus menuju Kota Kalianda, ibukota Kabupaten Lampung Selatan, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Dari Kota Kalianda, pelancong naik bus lagi menuju Dermaga Desa Canti dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Kemudian, dari Dermaga Desa Canti, pelancong dapat menyewa perahu motor menuju Kepulauan Krakatau dengan waktu tempuh sekitar 150 menit.  Sedangkan pelancong yang berada di Provinsi Lampung dapat memulai perjalanan dengan naik bus dari Terminal Bus Rajabasa atau Terminal Bus Panjang, Kota Bandar Lampung menuju Kalianda dengan waktu tempuh lebih-kurang 45 menit. Dari Kalianda, perjalanan dilanjutkan dengan naik bus menuju Dermaga Desa Canti dan kemudian menyewa perahu motor menuju Kepulauan Krakatau.  Selain rute-rute di atas, pelancong juga dapat mengakses Gunung Krakatau dari Pantai Anyer, Pantai Carita, dan Pantai Tanjung Lesung yang dapat ditempuh dalam waktu dua jam dengan menyewa speed boat. 
E. Harga Tiket
Dalam proses konfirmasi.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Sarana akomodasi dan fasilitas wisata terdekat terdapat di Kota Kalianda dan Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, serta kawasan wisata di sepanjang pantai barat Banten, seperti Pantai Anyer, Pantai Carita, dan Pantai Tanjung Lesung. Di tempat-tempat tersebut terdapat home stay, camping ground, resort, wisma, vila, dan hotel dengan berbagai tipe. Kawasan tersebut juga dilengkapi dengan jaringan fiber optik internet, pondok wisata, shelter, arena bermain anak-anak, rumah makan, taman parkir, sentra oleh-oleh dan suvenir, persewaan perlengkapan menyelam, serta persewaan perahu dan speed boat.

Selasa, 14 Desember 2010

Merupakan area pusat jajanan outdoor yang dibangun di lereng bukit yang terletak di kawasan Perumahan Palm Hill Cilegon. Suguhan yang paling menarik dari tempat ini adalah pengunjung dapat menikmati suasan yang berbeda, yaitu selain menikmati sajian aneka makanan Nusantara, pengunjung juga dapat melihat panorama indah Kota Cilegon dari bukit. Letak Palm Food Arcede (Pondok Palm) sangat strategis. Jika anda keluar dari pintu Tol Cilegon Barat, anda bisa mengambil jalan kampung Kubang Wates ke kiri, terus hingga sampai ke pintu gerbang Perumahan Palm Hill, jarak yang ditempu sekitar 800 meter. Sedangkan jika anda dari arah Kota Cilegon atau Merak, sesampainya di Pusdiklat atau Kampus Untirta Cilegon, anda bisa memasuki kawasan Komplek KS dengan mengambil Jln. Semang Raya (melewati kampus SMAN2 KS dan RS KS), jarak yang ditempuh sekitar 1 km.

Palm Hill Food Arcede merupakan satu-satunya tempat makan yang berada di perbukitan kota Cilegon dan menawarkan pemandangan indah kota Cilegon secara langsung. Jika anda datang pada siang atau pun sore hari, anda bisa mendapatkan pemandangan kota cilegon yang terlihat hijau, rentetan atap-atap rumah, kawasan pabrik industri, pusat perbelanjaan seperti Mal, bahkan masjid terbesar di kota cilegon, yaitu Masjid Agung Nurul Ikhlas. Jika berpaling ke arah barat, anda bisa melihat laut Selat Sunda. Tak kalah indahnya jika anda datang pada malam hari, Kota Cilegon seolah berubah dengan gemerlapnya lampu-lampu. Terutama jika anda melirik ke kawasan Industri, pemandangan lampu-lampu memang indah untuk selalu dinikmati. Kapal-kapal yang berada di perairan selat sunda pun seolah tak mau kalah dengan memamerkan gemerlap lampunya.

Berbagai fasilitas pendukung dibangun dikawasan ini. Seperti adanya 30 kios yang dibangun dengan nuansa back to nature, menyajikan makanan khas nusantara dengan ditunjang deretan tempat makan yang luas. Dilengkapi pula dengan aula yang bisa digunakan untuk live musik. Sebuah areal hall seluas 100m2 dengan atap light steel. Pengunjung juga jangan merasa khawatir dengan kendaraan, karena areal parkir yang cukup luas itu dijaga ketat oleh petugas dan dibebaskan dari biaya parkir alias gratis. Fasilitas umumnya pun tersedia seperti toilet dan musolah. Pihak pengelola berencana dalam waktu dekat ingin memasang hot spot internet yang bisa di akses oleh pengunjung.
Palm Hill Food Arced dibuka sejak bulan mei 2008. Langsung mendapatkan sambutan yang bagus dengan banyaknya pengunjung. Bahkan menurut Marketing Exekutive Palm Hill, Agnes Dewi mengatakan, pengunjung bukan hanya berasal dari masyarakat Cilegon saja, melainkan dari luar kota seperti Serang dan Tangerang. Bahkan tempat ini biasanya dijadikan persinggahan para wisatawan dari Jakarta ataupun daerah lainnya dalam perjalanan wisata kawasan Pantai Anyer dan Carita.



SAUNG EDI
Masuk aja Gan ke area parkir EDI TOSERBA langsung ke belakang.
Menu disana ada Nasi Bakar, Nasi Timbel, Nasi Tutug Oncom, Aneka Juice,dll..

Makanannya di jamin Halal.
Katanya sih,,Nasi Bakar dan Nasi Timbelnya layak di coba, tapi untuk Nasi tutug oncom, rasanya agak beda dibanding nasi tutug yang dari Tasikmalaya dan Bandung…But it’s 0Klah.
Menu yang lain juga enak. Harga relatif terjangkau tapi kayaknya kurang cocok untuk kantong mahasiswa.
Sayangnya saung ini tutup tepat jam 9 malam bersamaan dengan tutupnya toko EDI Toserba.
So,,nggak bisa dibuat nongkrong Lama-Lama.

BAKMI MAYESTIK dan SAUNG SUNDA
di PCI dekat indomart.
Katanya sih,,
Bakmi Mayestik emang Yummy dg hrga terjangkau.
Di Saung sunda nasi tugtugnya nikmat bgt & Hrgapun terjangkau..

SEJARAH PANTAI ANYER

Pantai Anyer, beda dengan Pantai Carita? Karena sebelumnya kan uda diposting Sekilas Tentang Pantai Carita. Ternyata memang berbeda. Kedua pantai tersebut letaknya memang saling berdekatan sehingga ga jarang orang-orang berpikir tempat wisata tersebut adalah tempat yang sama.

Anyer adalah sebuah kota pantai di Banten. Ia terletak di Anyer, 38 km dari Kota Serang. Pantainya menghadap ke Barat, sehingga kita dapat melihat pemandangan Gunung. Rakata (sisa / anak Gunung. Krakatau yang meledak pada tahun 1833) dan matahari terbenam. Pemandangan laut yang indah dengan segala kegiatan seperti Jet Ski, Speed Boat, Para Sailing dan olahraga air lainnya, jenis kegiatan tersebut dapat ditemukan di sini, serta melihat matahari terbenam dari pantai dan mercusuar tua di Cikoneng. Banyak hotel dari melati 5 stars internasional dapat wisata pilihan terbaik untuk tinggal. Anyer adalah resor pantai yang populer untuk Jakarta, karena itu ada juga program
Pantai anyer memiliki banyak pesona unik. Pasir putih memukau banyak wisatawan. Mereka begitu murni, kita bisa merasakan kelembutan pasir. Laut biru yang menarik banyak penyelam di seluruh dunia karena berbagai kehidupan laut begitu benar-benar sempurna. Angin laut dapat membuat pengunjung refreshing, menghilangkan stres. Dan yang terakhir pesona yang dapat membuat pantai Anyer sebagai tempat yang paling favorit untuk dikunjungi adalah pemandangan Gunung Krakatau yang legendaris dan mercusuar yang sarat nilai historis.

Elektrojoss

October 9, 2007

Sejarah Geger Cilegon

Filed under: Iptek — elektrojoss @ 3:16 am
Peristiwa perlawanan yang mengesankan pada awal abad 19 adalah
peristiwa Geger Cilegon, yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888.
Peristiwa tersebut dipimpin oleh para alim ulama. Diantaranya
adalah : Haji Abdul karim, Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan
Haji Wasid. Sepulangnya Haji Abdul Karim dari Makkah, beliau banyak
mengajarkan tarekat di kampungnya, Lempuyang. Selain itu beliau juga
menanamkan nasionalisme kepada para pemuda untuk melawan para
penjajah yang kafir.
Sementara itu KH. Wasid yang pernah belajar pada Syekh Nawawi Al
Bantani mengajarkan ilmunya di pesantrenya di Beji-Bojonegara.
Bersama teman seperjuangannya yakni : Haji Abdurrahman, Haji Akib,
Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qashir dan Haji Ismail,
mereka menyebarkan pokok-pokok ajaran Islam ke masyarakat. Pada saat
itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung
Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 jiwa lebih, disusul
dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu
masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa
Lebak Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh
masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati
masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya
itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan
berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang
pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa
ke pengadilan (18 Nopember 1887), beliau didenda 7,50 gulden. Hukuman
tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan
para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya peristiwa
berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgar di desa
Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel. Goebel menganggap
menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya
suara. Selain itu Goebel juga melarang Shalawat, Tarhim dan Adzan
dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan
membuat rakyat melakukan pemberontakan.
Pada tanggal 7 Juli 1888, diadakan pertemuan di rumahnya Haji Akhia
di Jombang Wetan. Pertemuan tersebut untuk mematangkan rencana
pemberontakan. Pada pertemuan tersebut hadir beberapa ulama dari
berbagai daerah. Diantaranya adalah : Haji Said (Jaha), Haji Sapiudin
(Leuwibeureum), Haji Madani (Ciora), Haji Halim (Cibeber),
Haji Mahmud (Terate Udik), Haji Iskak (Saneja), Haji Muhammad Arsad
(Penghulu Kepala di Serang) dan Haji Tb Kusen (Penghulu Cilegon).
Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan
memekikan Takbir para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa
tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebut Henri Francois
Dumas – juru tulis Kantor Asisten residen – dibunuh oleh Haji Tubagus
Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert
Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang
yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasi oleh para
pejuang “Geger Cilegon”. Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu
kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran hebat antara
para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan
tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang
lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji
Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil
ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores,
selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-
lain. (Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang).
Walaupun pemberontakkan itu dapat dimentahkan oleh Belanda, namun
yang terpenting bahwa saat itu membuktikan bahwa “RAKYAT BANTEN ANTI
PENJAJAHAN”.

Referensi: http://elektrojoss.wordpress.com/2007/10/09/peristiwa-perlawanan-yang-mengesankan-pada-awal-abad-19-adalahperistiwa-geger-cilegon-yang-terjadi-pada-tanggal-9-juli-1888peristiwa-tersebut-dipimpin-oleh-para-alim-ulama-diantaranyaadalah/

SEJARAH PT KRAKATAU STEEL

KRAKATAU STEEL
PT Krakatau Steel adalah perusahaan baja terbesar di Indonesia. BUMN yang berlokasi di Cilegon, Banten ini berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970. Produk yang dihasilkan adalah baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan baja batang kawat. Hasil produk ini pada umumnya merupakan bahan baku untuk industri lanjutannya. Bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Krakatau Steel.
Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat Baja, Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977.
Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, Pabrik Billet Baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun serta fasilitas infrastruktur berupa Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air, Pelabuhan Cigading serta sistem telekomunikasi.
Pada tahun 1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab Baja
dan Pabrik Baja Lembaran Panas.
Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan pabrik baja perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon bergabung menjadi unit produksi PT Krakatau Steel, melengkapi pabrik-pabrik baja lain yang telah ada.

VISI
Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia

MISI

Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa

NILAI PERUSAHAAN

* Competence
Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan sikap mental demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan
* Integrity
Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku, melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan
* Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen dan janji, dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan
* Innovative
Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja diatas standar


PROSES PRODUKSI

Proses produksi baja di PT Krakatau Steel dimulai pada pabrik pembuatan besi yang menggunakan proses reduksi langsung bijih besi dengan gas alam. Hasil produksi yang berupa besi spons ini selanjutnya dilebur bersama dengan besi bekas (scrap) pada proses pembuatan baja yaitu pabrik baja slab dan pabrik baja billet. Proses pembuatan baja tersebut menggunakan teknologi dapur busur listrik yang dilanjutkan dengan proses pengecoran kontinu menjadi baja slab dan baja billet.

Baja slab dicanai dalam kondisi panas pada pabrik baja lembaran canai panas menjadi baja lembaran panas berupa coil, strip, maupun pelat. Sebagian baja lembaran panas ini langsung dijual ke konsumen atau diproses lebih lanjut di fasilitas produksi lainnya yaitu pabrik baja lembaran canai dingin. Pabrik ini menghasilkan produk baja lembaran dingin berupa baja lembaran panas yang dipickling, maupun baja lembaran dingin dengan perlakukan anil atau temper. Produk baja lembaran yang dihasilkan bisa berupa coil maupun sheet.

Baja billet yang dihasilkan sebagian dijual ke konsumen namun pada umumnya diproses lebih lanjut di pabrik baja batang kawat menjadi batang kawat.

ANAK PERUSAHAAN
* PT KHI Pipe Industry
* PT Krakatau Wajatama
* PT Krakatau Engineering
* PT Krakatau Bandar Samudra
* PT Krakatau Information Technology
* PT Krakatau Industrial Estate Cilegon
* PT Krakatau Daya Listrik
* PT Krakatau Tirta Industri
* PT Krakatau Medika
* PT Meratus Jaya Iron & Steel

BAPOR OH BAPOR

Kota yang terletak dipinggir pantai dekat dengan ujung barat pulau Jawa
merupakan kota kecil nan padat yang merupakan kota transit…
kota ini maju dibandingkan dengan kota-kota kecil lainnya yang disekitarnya.

Kenapa?
karena selain dekat dengan pelabuhan
di kota ini pun ada sebuah perusahaan BUMN bergengsi yang lebih dikenal orang setempat dengan sebutannya ”KS” alias krakatau Steel
nah bagi saya dan teman teman jika ingin nongkrong di tempat tongkrongan ANAK GAUL,
yah BAPOR tempatnya, asalnya saya gak tau apa itu artinya BAPOR,
tapi jika ada yg ngomong kata BAPOR, pasti dipikiran kita langsung nongkrong pinggir jalan,
minum es, makan baso, ketoprak, mie ayam, dan lain lain, hmmm

padahal mah enggak ada yg special tuh dari bapor,
tapi rasanya enak aja hang out disitu, mungkin karna rame dan tempatnya jarang keusik kendaraan lewat mungkin, tapi enak banget sih dibuat bercumbu para remaja kota cilegon haha
suasananya penuh dengan masa putih abu-abu,
pokoknya meski tempat ini tak special tapi memori yg ada disini sangat special,
haha

SEJARAH BANTEN

ASAL MUASAL



Tidak banyak yang diketahui mengenai sejarah dari bagian terbarat pulau Jawa ini, terutama pada masa sebelum masuknya Islam. Keberadaanya sedikit dihubungkan dengan masa kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya, yang menguasai Selat Sunda, yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera. Dan juga dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Sunda Pajajaran, yang berdiri pada abad ke 14 dengan ibukotanya Pakuan yang berlokasi di dekat kota Bogor sekarang ini. Berdasarkan catatan, Kerajaan ini mempunyai dua pelabuhan utama, Pelabuhan Kalapa, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta, dan Pelabuhan Banten.

Dari beberapa data mengenai Banten yang tersisa, dapat diketahui, lokasi awal dari Banten tidak berada di pesisir pantai, melainkan sekitar 10 Kilometer masuk ke daratan, di tepi sungai Cibanten, di bagian selatan dari Kota Serang sekarang ini. Wilayah ini dikenal dengan nama “Banten Girang” atau Banten di atas sungai, nama ini diberikan berdasarkan posisi geografisnya. Kemungkinan besar, kurangnya dokumentasi mengenai Banten, dikarenakan posisi Banten sebagai pelabuhan yang penting dan strategis di Nusantara, baru berlangsung setelah masuknya Dinasti Islam di permulaan abad ke 16.


Peta Lokasi Banten Girang


Penelitian yang dilakukan di lokasi Banten Girang di tahun 1988 pada program Ekskavasi Franco – Indonesia, berhasil menemukan titik terang akan sejarah Banten. Walaupun dengan keterbatasan penelitian, namun banyak bukti baru yang ditemukan. Sekaligus dapat dipastikan bahwa keberadaan Banten ternyata jauh lebih awal dari perkiraan semula dengan ditemukannya bukti baru bahwa Banten sudah ada di awal abad ke 11 – 12 Masehi. Banten pada masa itu sudah merupakan kawasan pemukiman yang penting yang ditandai dengan telah dikelilingi oleh benteng pertahanan dan didukung oleh berbagai pengrajin mulai dari pembuat kain, keramik, pengrajin besi, tembaga, perhiasan emas dan manik manik kaca. Mata uang logam (koin) sudah digunakan sebagai alat pembayaran, dan hubungan internasional sudah terjalin dengan China, Semenanjung Indochina, dan beberapa kawasan di India.


Lokasi Banten Girang


Banten Girang : Pertapaan yang diukir di dalam bukit batu


Secara nyata, tidak ada keputusan final yang dapat diambil sebelum penelitian dilakukan lebih lanjut, tapi dapat dipastikan bahwa keberadaan Banten sudah berlangsung sangat lama dan teori bahwa keberadaannya dimulai pada saat terbentuknya Kerajaan Islam di Banten, tidak lagi dapat dipertahankan.

Bangsa Portugis telah mendokumentasikan keberadaan Banten dan sekitarnya pada awal abad ke 16, kurang lebih 15 tahun sebelum Kerajaan Islam Banten terbentuk.

Setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, bangsa Portugis memulai perdagangan dengan bangsa Sunda. Ketertarikan utama mereka adalah pada Lada yang banyak terdapat di kedua sisi Selat Sunda. Bangsa Cina juga sangat berminat pada jenis rempah rempah ini, dan kapal Jung mereka telah berlayar ke pelabuhan Sunda setiap tahunnya untuk membeli lada. Walaupun Kerajaan Pajajaran masih berdiri, namun kekuasaannya mulai menyusut. Kelemahan ini tidak luput dari perhatian Kerajaan Islam Demak. Beberapa dekade sebelumnya Kerajaan Demak telah menguasai bagian timur pulau Jawa dan pada saat itu bermaksud untuk juga menguasai pelabuhan Sunda. Masyarakat Sunda, memandang serius ekspansi Islam, melihat makin berkembangnya komunitas ulama dan pedagang Islam yang semakin memiliki peranan penting di kota pelabuhan “Hindu”.

Menghadapi ancaman ini, Otoritas Banten, baik atas inisiatifnya sendiri maupun atas seizin Pakuan, memohon kepada bangsa Portugis di Malaka, yang telah berulangkali datang berniaga ke Banten. Di mata otoritas Banten, bangsa Portugis menawarkan perlindungan ganda; bangsa Portugis sangat anti Islam, dan armada lautnya sangat kuat dan menguasai perairan di sekitar Banten. Banten, di sisi lain, dapat menawarkan komoditas lada bagi Portugis. Negosiasi ini di mulai tahun 1521 Masehi.

Tahun 1522 Masehi, Portugis di Malaka, yang sadar akan pentingnya urusan ini, mengirim utusan ke Banten, yang dipimpin oleh Henrique Leme. Perjanjian dibuat antara kedua belah pihak, sebagai ganti dari perlindungan yang diberikan, Portugis akan diberikan akses tak terbatas untuk persediaan lada, dan diperkenankan untuk membangun benteng di pesisir dekat Tangerang. Kemurah hatian yang sangat tinggi ini menggaris bawahi tingginya tingkat kesulitan yang dihadapi Banten. Pemilihan pembuatan benteng di daerah Tangerang tidak diragukan lagi untuk dua alasan : yang pertama, agar Portugis dapat menahan kapal yang berlayar dari Demak, dan yang kedua untuk menahan agar armada Portugis yang sangat kuat pada saat itu, tidak terlalu dekat dengan kota Banten. Aplikasi dari perjanjian ini adalah adanya kesepakatan kekuasaan yang tak terbatas bagi Portugis. Lima tahun yang panjang berlalu, sebelum akhirnya armada Portugis tiba di pesisir Banten, di bawah pimpinan Francisco de Sá, yang bertanggungjawab akan pembangunan benteng.

Sementara itu, situasi politik telah sangat berubah dan sehingga armada Portugis gagal untuk merapat ke daratan. Seorang ulama yang sekarang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, penduduk asli Pasai, bagian utara Sumatera setelah tinggal beberapa lama di Mekah dan Demak, pada saat itu telah menetap di Banten Girang, dengan tujuan utama untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Walaupun pada awalnya kedatangannya diterima dengan baik oleh pihak otoriti, akan tetapi Ia tetap meminta Demak mengirimkan pasukan untuk menguasai Banten ketika Ia menilai waktunya tepat. Dan adalah puteranya, Hasanudin, yang memimpin operasi militer di Banten. Islam mengambil alih kekuasaan pada tahun 1527 M bertepatan dengan datangnya armada Portugis. Sadar akan adanya perjanjian antara Portugis dengan penguasa sebelumnya, Islam mencegah siapapun untuk merapat ke Banten. Kelihatannya Kaum Muslim menguasai secara serempak kedua pelabuhan utama Sunda, yaitu Kalapa dan Banten, penguasaan yang tidak lagi dapat ditolak oleh Pakuan.

Sebagaimana telah sebelumnya dilakukan di Jawa Tengah, Kaum Muslim, sekarang merupakan kelas sosial baru, yang memegang kekuasaan politik di Banten, dimana sebelumnya juga telah memegang kekuasaan ekonomi. Putera Sunan Gunung Jati, Hasanudin dinobatkan sebagai Sultan Banten oleh Sultan Demak, yang juga menikahkan adiknya dengan Hasanudin. Dengan itu, sebuah dinasti baru telah terbentuk pada saat yang sama kerajaan yang baru didirikan. Dan Banten dipilih sebagai ibukota Kerajaan baru tersebut.

Senin, 13 Desember 2010

DEBUS MAINAN WONG BANTEN !


 THE DEBUS

Setelah mengucapkan mantra “haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh lainnya. Pada saat atraksi tersebut iapun menyambar leher anak kecil sambil menghunuskan goloknya ke anak tersebut. Anehnya bekas sambaran golok tersebut tidak ada meninggalkan luka yang sangat berbahaya bagi anak tersebut.
Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.


undefined









Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.


undefined







Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.
Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.
Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.

SATE BANTENG KHAS BANTEN

kalian tahu tentang makanan khas yang satu ini ?  we'll already know !

Sate Bandeng Makanan Khas Serang.Bila kita ingin mencoba masakan jenis ini Kita harus menuju kawasan kota Serang terletak di diujung barat dari propinsi Banten, sekitar 80 kilometer dari Jakarta atau hanya membutuhkan waktu antara 60 sampai 90 menit dari ibukota. Untuk menuju ke lokasi wisata, Anda bisa menggunakan jalan tol Jakarta – Merak, Jalan Kereta Api Jakarta – Merak, Kapal Laut Jakarta – Merak atau Lampung – Merak. Anda juga bisa lewat jalan Raya bukan tol.
Jika Anda ingin ber-weekend di Serang sambil menikmati masakan khasnya, maka Anda dijamin tidak akan kerepotan sebab di sana sudah tersedia berbagai fasilitas hotel, mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang lima, rumah makan, restauran dan fasilitas rekreasi seperti pantai yang nyaman, alam pegunungan yang alami dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ditambah lagi dengan tersedianya jajanan pasar yang banyak di sekitar pusat-pusat keamaian dan perbelanjaan “Royal” Serang. Jajanan pasar yang biasanya merebak pada bulan puasa, selalu ditandai dengan munculnya bermunculnya jajanan terkenal berupa Ketan Bintul, Jejorong, Cecuwer, Emping Ceplis, dan lain sebagainya. Sementara itu di kalangan masyarakat luas di kenal pula makanan tradisional seperti kue ongol-ongol, kue talam, kue Jendral Mabok, bubur Lolos, bubur Puser, Kolek Radio Selain itu juga terdapat makanan khas lainnya seperti rabeg Wedus, Sambel Burog/sambel kulit Geritul Dan untuk oleh-oleh, Anda bisa membeli buah-buahan segar diantaranya sawo yang banyak jumlahnya.
Selain itu ada makanan khas Serang, Sate Bandeng.
Sate Bandeng yang amat popular itu dibuat di rumah-rumah pengrajin di kota Serang. Sate Bandeng memiliki kelebihan di banding sajian ikan yang lainnya, yang akan mengundang pembeli untuk selalu mendapatkannya jika sedang berkunjung ke serang. Sate bandeng merupakan makanan khas Banten. Berbeda dengan ikan bandeng biasa, daging sate bandeng empuk dan tidak bertulang. Karena kekhasannya, sate bandeng menjadi oleh-oleh dari Banten.
Banten adalah propinsi yang paling muda di Pulau Jawa. Sebelumnya, Banten merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat. Serang, ibukota Banten, yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Jakarta, terdapat deretan kios-kios yang menjajakan sate bandeng.
Meskipun disebut sate, namun sate bandeng berbeda dengan sate biasa. Disebut sate karena ikan bandeng yang telah diolah dijepit dengan bambu, dan dibakar sehingga mirip sate.Anda akan merasa memiliki jika mengetahui lingkungan sekitar anda..
Ikan bandeng memang mudah ditemui di Serang, Banten. Seperti di Pasar Rau Serang ini. Ikan bandeng segar berukuran besar yang menjadi bahan pembuatan sate bandeng didatangkan dari Desa Kemayungan dan Sawah Luhur, Kecamatan Pontang, Serang. Ikan bandeng yang diolah menjadi sate, biasanya memiliki ukuran tiga ekor per kilogram.
Salah seorang pembuat sate bandeng mengakui telah menekuni usaha pembuatan sate bandeng sejak 20 tahun lalu, di dapur rumahnya, dengan dibantu enam orang karyawan.
Pembuatan sate bandeng menghabiskan waktu hampir setengah hari. Daging bandeng yang telah diolah, kemudian dimasukkan kedalam kulit ikan bandeng, lalu dijepit dengan bambu. Kemudian dibungkus dengan daun pisang.
Ikan bandeng yang telah berbentuk sate lalu dibakar. Aromanya menyerupai otak-otak. Setiap hari Ibu Yus menghasilkan sekitar 300 tusuk sate bandeng yang dipasarkan ke berbagai tempat, tidak saja di Kota Serang tetapi juga ke Tangerang dan Cilegon.
Di Serang terdapat rumah makan yang menjadikan sate bandeng sebagai menu utama. Seperti rumah makan yang terletak di jl ahmad yani ini. harga per tusuknya 13 ribu rupiah. Para pembeli sate bandeng kebanyakan berasal dari luar kota
Selain dimakan ditempat, sata bandeng juga bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh khas Banten. Sate bandeng dapat bertahan selama tiga hari, namun jika disimpan di dalam lemari es, bisa bertahan hingga seminggu.

CILEGON IN ACTION



Selain budaya , ciri khas , dan keindahan pantainya cilegon juga mendapat prestasi yang gemilang dalam bidang seni salah satunya adalah tari .
Di Cilegon ini ada sebuah CLUB cheerleader yang berdiri pada pertengahan Desember 2009 yang bernama SWAN CHEERS .
Dalam karirnya sebenarnya SWAN itu hanya terdiri dari cheerleade dadakan yang ga punya keahlian apa apa , yaaa walau mungkin ada beberapa diantara mereka yang memang sudah terjun di dunia DANCER .
YA , SWAN CHEERS yang beranggotakan 8 orang ini telah mengharumkan nama kota cilegon atau khususnya PROVINSI BANTEN .
Dalam ajang pertandingan bola basket bergengsi atau DBL januari tahun lalu tim SWAN CHEERS merebut juara 1 sePROVINSI BANTEN dengan kategori tim yel yel , suatu kebanggan bagi tim cheers yang baru seumur jagung ini .
Tidak hanya mengharumkan kota cilegon dimana baru pertama kalinya kota cilegon ikut serta dalam DBL ini pasti menjadi kebanggan tersendiri bagi anggota tim SWAN sendiri karena bisa mengalahkan tim tim tangguh lainnya seperti misalnya dari SMA ORA ET LABORA , SMAN 1 TANGGERANG , SMAN 2 TANGGERANG dan masih banyak lannya .

yaap , bukan hanya lombanya juga tim SWAN juga sudah cukup punya nama di cilegon tersendiri banyak event event yang deselenggarakan dan SWAN CHEERS di minta untuk jadi bintang tamunya , misalnya :
- MMC CMA (turnamen bulu tangkis sebanten tahun 2009)
- KAPOLRES CUP
- POPDA BANTEN
- PANIN BANK ( yang d selenggarakan oleh BI )
- BANTEN EXPO di tanggerang ( karna sesuatu hal gajadi) hahahahaha

ya banyak sekali pengalaman atau cerita tersendiri oleh tim CL yang kebanyakan beranggotakan siswi SMAN 1 CILEGON

ini adalah nama nama anggota CLUB SWAN CHEERS salah satu club CL di CILEGON INI
- INA KURNIA SAVITRI
- DEBBY CHYNTIA
- JESSICA
- MOICA BELLA ADIPUTRI
- FILIANDINA PRADANTY PUTRI
- DEWI JAYANTI
- TESSA GAZELA ALESSANDRA
- MIA INDAH LESTARI
- TIFFANI AGINTA PUTRI
- FAMELA FITRIA SCHARLITA
- SHEILA SESHARYA JUNI
- MUSTIKA AGENG PERDANI
- LILYE DYAH'AYU CHANDRA
- SHINTA MORINA
- ANGGUN NURUL JANNAH
- BERLIANA
- SEINDA  DWI SARWESTRY
- ONES FAUZIAH N



TERIMA KASIH :)

Minggu, 12 Desember 2010

Masjid Lama Raya Banten

Setelah menyusuri Jl. Raya Banten sepanjang kurang lebih 8 km kami pun menemui papan bertuliskan lokasi situs purbakala kesultanan Banten. Rasa lapar yang sebelum memberontak sedikit mereda karena gembiranya hati karena sampai juga di Banten Lama. Bangunan pertama yang kami jumpai adalah Keraton Surosowan ( kami tahu karena di situ ada papan namanya).
Tujuan pertama kali adalah Masjid Agung. Saat itu di jalan menuju Masjid Agung Banten terdapat papan tulisan yang berbunyi “ selain undangan dilarang masuk “, namun kami cuek saja menerobos, padahal ada petugas di samping papan itu. Kami terus saja menuju arah terlihatnya menara masjid yang menjadi ciri khas Masjid Agung Banten.
Kami sedikit bingung mencari tempat parkir resmi. Karena kami belum melihat ada tulisan tempat parkir. Setelah keliling kami pun menemui tempat parkir. Tempat parkir itu berada di tengah – tengah kios di depan Masjid Agung.
Saat itu, Masjid Agung sedang ada acara ijab Kabul pernikahan ( padahal sepanjang perjalanan tanggerang – serang beberapa kali kami menemui janur kuning, benar – benar lagi musim kawin ). Dari perkiraanku ini pasti pernikahan ‘bangsawan’ banten. Karena banyak mobil pejabat di sekitar masjid. Ketika kami masuk, petugas masjid yang duduk di depan kotak amal menepuk – nepuk kotak amal. Aku merasa aneh saja, baru kali ini aku datang di masjid ada “kelakuan” seperti itu, kurang etis menurutku. Namun aku harus memaklumi, beda daerah beda budaya.

Komplek Pemakaman


Tidak seperti yang kami kira, Masjid yang dibangun saat pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin ini tidak begitu besar, lebih kecil dari Masjid Agung Surakarta atau Yogyakarta. Di sebelah utara ( berjarak 10 langkah dari Masjid) terdapat komplek pemakaman yang ramai oleh peziarah. Posisi pemakaman ini beda juga dengan posisi komplek pemakaman pada Masjid kesultanan di Jawa yang selalu berada pada sisi barat masjid dan tidak terlihat dari masjid, dan merupakan bagian terpisah dari masjid.



Pintu Masjid

Secara garis besar Masjid berusia lebih dari 5 abad ini berasitektur sebagaimana masjid di Jawa. Yang unik adalah atapnya yang bertumpuk lima, beda dengan masjid jawa yang hanya bertumpuk tiga. Hal ini dimungkin karena pengaruh arsitektur cina, dimana salah satu arsitektur masjid adalah Tjek Ban Tjut (Pangeran Adiguna). Sebenarnya dua atap teratas terlalu kecil untuk disebut atap, jadi terkesan hanya sebuah hiasan atau “mahkota” bangunan saja. Atap lima tumpuk itu mempunyai makna 5 Rukun Islam. Pintu masuk Masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman. Enam pintu itu dibuat pendek dengan maksud, setiap jamaah haruslah merendahkan diri ke hadapan Allah SWT dan menanggalkan segala bentuk keangkuhan.
Di sebelah selatan terdapat juga makam sultan – sultan dan museum benda – benda dan senjata kuno kesultanan Banten. Pintu masuk menuju ruangan dalam pendek dan sempit. Di depan masjid terdapat empat kolam yang dulunya untuk membersihkan diri sebelum memasuki masjid.   Kalo di masjid tua Jawa biasa tidak berupa kolam tapi parit kecil yang mengelilingi masjid. Tempat wudlu nya masih campur antara wanita dan pria. Saat waktu sholat Dhuhur, terasa sangat crowded banget, apalagi ketika memasuki ruangan dalam Masjid, kita mesti berhati – hati agar tidak bersentuhan karena memang pintu masuk untuk pria dan wanita tidak dibedakan. Kondisi tempat wudlu yang semrawut bertambah semrawut karena juga digunakan anak daerah itu untuk main – main air, satu lagi beberapa orang menggunakan tempat wudlu dengan sandal.
Bangunan yang menjadi ikon Masjid Agung Banten adalah menaranya. Sebelum datang, kami membayangkan kalau menara masjid begitu tinggi. Ternyata tidak telalu tinggi, sekitar 30 meter dengan diameter ± 10 meter. Kondisi menara ini terlihat terjaga dan terawat. Menara beranak tangga 83 buah ini dirancang oleh Hendick Lucasz Cardeel, arsitektur eropa  yang masuk islam dan menikah dengan putri sultan. Hendick Lucasz Cardeel juga menambahkan pavilion di sisi selatan masjid yang berguna untuk kegiatan kajian keagamaan, namun kami tidak sempat mengunjunginya.
Masjid Agung Banten merupakan “monument” bersejarah penyebaran Islam di Jawa. Juga merupakan tempat favorit ziarah umat Islam di Jawa. Sayang pengelolaan kios – kios di depannya sangat kurang. Kondisi kebersihannya pun perlu lebih diperhatikan lagi. Bila pengelolaan lebih baik, Masjid Agung Banten ini akan menjadi pariwisata unggulan propinsi Banten.

Catt :
  1. Masjid Banten di bangun atas perintah Sunan Gunung Jati kepada putranya Sultan Maulana Hasanudin
  2. Salah satu arsitekt masjid ini adalah Raden Sepat ( arsitek Masjid Demak dan Masjid Cirebon )
  3. Ada pendapat yang menyatakan  Hendick Lucasz Cardeel ( Pangeran Wiraguna) adalah orang Belanda, pendapat lain mengatakan orang Portugis
  4. Makam Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa berada pada komplek pemakaman sebelah utara.
  5. Jumlah 24 tiang masjid menggambarkan waktu 24 jam sehari
  6. Masjid Agung Banten merupakan salah satu Masjid tertua di Jawa
  7. Dari Terminal Pakupatan, naik angkot arah Banten Lama

Sabtu, 11 Desember 2010

SEJARAH KOTA CILEGON

1. Perubahan Wilayah Kota Cilegon
  Cilegon merupakan wilayah bekas Kewedanaan (Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.

Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No. 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan kecamatan Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Kramatwatu.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan Cibeber.
 
2. Kota Administratif Cilegon Menjadi Kotamadya Cilegon
  Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial maupun Ekonomi.

Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
 
3. Tanggal 27 April 1999
  Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27 April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan Drs. H. Tb. Rifai Halir sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai sebagai Ketua DPRD Cilegon.                                      Cilegon Menjadi Kotamadya Tahun 1999
Kota Administratif Cilegon yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang dalam perkembangannya tumbuh sebagai kota industri bagi wilayah barat bagian Jawa Barat. Di Kota Cilegon saat ini terdapat industri berat dan menengah dalam kapasitas regional dan nasional. Kota Cilegon juga merupakan jalur lalu lintas penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera dengan pelabuhan penyeberangan Merak. Kesemuanya ini menjadikan Kota Cilegon fungsinya semakin berkembang, disamping sebagai kota industri juga sebagai kota transito, perdagangan dan jasa.
Melihat kedudukan Kota Cilegon sangat strategis ditinjau dari segi politik, sosial budaya serta pertahanan keamanan, maka untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, Kota Administratif Cilegon dibentuk menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 (Lembaran Negara 3828) tanggal 20 April 1999 yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 27 April 1999 dan dirangkaikan dengan pengangkatan penjabat Walikotamadya Daerah Tingkat II Cilegon yakni H. Tb. Riva’i Halir.
 
 Menjadi Kota Cilegon
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839), maka penyebutan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon berubah menjadi Kota Cilegon.
Pada tanggal 4 September 1999 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon diresmikan, yang keanggotaanya berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 1999 , dengan Ketua DPRD Kota Cilegon H. Zaidan Riva’i.
Pada tanggal 28 Februari 2000 dilakukan pemilihan Walikota definitif oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon secara demokrasi dan terpilih menjadi Walikota pertama Kota Cilegon adalah H. Tb. Aat Syafa’at dengan didampingi oleh Wakil Walikota Cilegon yaitu H. Djoko Munandar. Atas nama Menteri Dalam Negeri, maka Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana melantik secara resmi Walikota Cilegon pada tanggal 7 April 2000.
Dalam perjalanannya, Wakil Walikota Cilegon, Dr. Djoko Munandar, M.Eng mencalonkan diri menjadi Gubernur Banten, dan terpilih menjadi Gubernur Banten. Dengan demikian, jabatan Wakil Walikota Cilegon menjadi kosong.
Peluang yang diberikan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah semakin memberikan keleluasaan bagi Kota Cilegon untuk mewujudkan cita-cita masyarakat.
Pada tanggal 5 Juni 2005, masyarakat Kota Cilegon menggelar pesta demokrasi untuk memilih secara langsung Walikota dan Wakil Walikota. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah berjalan dengan aman, lancar dan terkendali. Pada tanggal 10 Juni 2005, KPUD Kota Cilegon menetapkan pasangan H. Tb. Aat Syafa’at, S.Sos, M.Si dan Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si sebagai Walikota dan Wakil Walikota Cilegon periode 2005 – 2010. Pada tanggal 20 Juli 2005, pasangan H. Tb. Aat Syafa’at, S.Sos, M.Si dan Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Cilegon oleh Gubernur Banten Dr. H. Djoko Munandar, M.Eng atas nama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
 

Wisata Fosil di Sajira

Lebak, Banten juga punya tempat menarik untuk dikunjungi. Salah satunya Sajira yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasinya bisa ditempuh dari kota Rangkasbitung sekitar 30 menit.

foto: sri nanang setiyono
FOSIL POHON: Panjangnya 18 meter, umurnya 25 juta tahun.

Nah di pinggir jalan menuju ponpes Al Mubasyirin, desa Sajira Mekar, salah satu lokasi yang saya kunjungi saat Ramadan Roadshow, 4 Oktober lalu, ada pemandangan menarik yang tak ingin saya lewatkan. Letaknya di jalan raya Sajira, tepatnya di pinggir jalan desa Gubug (kalau tak salah), ada lokasi tempat ditemukannya batu-batu fosil dalam jumlah melimpah.

Fosil-fosil yang ditemukan umumnya bekas pohon yang umurnya ratusan tahun. "Umurnya sekitar 25 juta sampai 5 juta tahun lalu," kata Imam Shobari, rekan dari JIMS yang saat itu satu mobil dengan saya. Dia mengaku pernah menanyakan kepada warga setempat. Angka ini cocok dengan pendapat petugas Departemen Pertambangan dan Energi yang saya temui dalam Pameran Pembangunan Banten di Kota Serang, awal September lalu.

Yang paling spektakuler dari fosil ini (sepanjang yang saya ketahui dalam tempo sesaat itu) adalah fosil pohon besar yang panjangnya 18 meter. Fosil ini, kata seorang warga yang mengambilnya dari lokasi di sebuah tepi sungai, ditemukan dalam kondisi utuh walaupun terpotong-potong. Karena bentunya yang besar, saya sempat meminta waktu kepada teman-teman untuk menunggu sesaat ketika melewati lokasi. Saya sengaja mengabadikan fosil itu lewat kamera sekadar untuk bisa dipublikasikan.

Asal kita punya uang, fosil-fosil ini bisa dibawa pulang kok. Soal harga, tentu saja bervariasi. Dari yang puluhan ribu rupiah sampai jutaan. Bagaimana dengan fosil pohon yang 18 meter itu?
"Wah, mau diletakkan di mana. Kalau punya duit saya juga bingung naruhnya," kata seorang teman.
Yang pasti, kalau tertarik untuk berburu batu fosil atau sekadar ingin melihat-lihat, Sajira adalah tempatnya.

Menggagas Wisata Alam di Kota Baja

Meski lebih dikenal sebagai daerah industri, Kota Cilegon juga memiliki potensi wisata yang tak kalah dibanding dengan daerah lain. Kini, potensi wisata, baik berupa obyek wisata alam maupun kekayaan seni dan budaya, terus dikembangkan. Diharapkan, sektor ini juga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di Kota Baja.
Sebagai salah satu sektor yang bisa mendukung perekonomian suatu wilayah, pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk menopang perekonomian daerah. Apalagi, kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sektor ini terbuka luas. Sehingga salah satu dampak positif yang diharapkan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal inilah yang disadari sosok Drs. R. Benny Benyamin, M.Si. Pria yang menjabat sebagai Kabid Pemasaran di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cilegon ini meyakini, geliat sektor pariwisata akan memberikan banyak kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka. Karena itulah, sebagai aparatur pemerintahan yang menangani sektor pariwisata, ia merasa mendapatkan kesempatan untuk menciptakan berbagai terobosan agar pariwisata di Kota Cilegon semakin berkembang dan dikenal oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Menurut pria kelahiran Bandung, 07 November 1961 itu, salah satu sektor pariwisata yang coba dikembangkan oleh Pemkot Cilegon adalah jenis wisata alam. Selain karena memang memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan, jenis wisata alam cenderung lebih digemari oleh para wisatawan dari berbagai lapisan masyarakat. Apalagi, sektor ini juga mampu menyerap peran serta masyarakat dalam skala besar.
“Dengan mengembangkan wisata alam, masyarakat tidak hanya bisa terlibat dalam pengelolaan tempat wisata, tapi juga menjadi pendukung obyek wisata, misalnya dengan berdagang dan menciptakan aksesoris khas Kota Cilegon yang bisa dipasarkan kepada para pengunjung obyek wisata,” cetus Benny.
Beberapa obyek wisata alam di Kota Cilegon, kata Benny, masih memiliki peluang besar untuk terus dikembangkan. Alumni UNIS Tangerang ini mencontohkan, potensi wisata alam yang ada di Kota Cilegon seperti Gunung Batu Lawang di Kecamatan Grogol, Gunung Batur di Kecamatan Gerem serta Gunung Cipala Kecamatan Pulomerak, merupakan obyek wisata yang sangat menarik bila dikelola secara baik.
Lebih lanjut, suami dari Dra. Sri Hidayati ini menambahkan, nuansa pegunungan yang asri dan alami di Gunung Batur, bisa dikemas menjadi sebuah tujuan wisata yang aman sekaligus menyenangkan bagi wisatawan, terutama untuk tujuan liburan keluarga. Ia meyakini, tempat ini bisa menjadi tempat yang cocok untuk melepaskan penat dan kejenuhan setelah melakukan rutinitas. Terlebih, bagi masyarakat Kota Cilegon yang kebanyakan terdiri dari masyarakat industri yang memerlukan tempat berlibur yang dapat menyegarkan pikiran.
“Meskipun Gunung Batur posisinya tidak terlalu tinggi, tidak lebih dari 50 meter, namun lingkungan alamnya yang masih asri dengan latar belakang panorama keindahan Kota Cilegon, siapa pun yang datang ke sana pasti betah untuk berlama-lama di obyek wisata itu,” terang ayah dari Levina Ratih Al Meidia dan Cessari Dian Adeine itu.
Untuk menuju ke lokasi itu, wisatawan memang harus berjalan kaki sekitar kurang lebih lima kilometer, yang dapat ditempuh dengan satu jam berjalan kaki. Meski harus melewati medan yang menantang dengan bebatuan terjal, rasa lelah setelah menempuh perjalanan akan terbayar lunas ketika sampai di puncak. Karena, panorama keindahan seluruh Kota Cilegon yang dapat dilihat dari bukit tersebut membuat rasa lelah setelah berjalan kaki lenyap begitu saja.
Sedangkan bagi wisatawan yang memiliki hobi hiking (berjalan kaki di alam), Benny menyarankan agar mengunjungi Gunung Batu Lawang. Menurutnya, bukit ini sangat cocok untuk dikunjungi penggemar hiking, karena medannya yang lebih landai dan keindahan alam yang menghiasi sepanjang perjalanan.
“Untuk lebih memperkenalkan obyek wisata ini (Gunung Lawang), Disbudpar Kota Cilegon berencana menggelar acara hiking pada akhir bulan Maret ini,” kata Benny.
Sedangkan bagi mereka yang lebih menyukai kegiatan menantang di alam bebas, Benny menyarankan untuk mengunjungi Gunung Batu Lawang. Meskipun perjalanan yang harus dijalani relatif lebih berat, namun, pemandangan alam di sepanjang perjalanan, ditambah latar belakang panorama pantai dan pemandangan Kota Cilegon yang dapat disaksikan dari dataran tinggi, membuat obyek wisata ini juga sangat potensial untuk dikembangkan.
Seni dan Budaya
Selain obyek wisata alam yang menjanjikan, Kota Cilegon juga memiliki kekayaan seni dan budaya yang potensial untuk dijadikan sebagai komoditas wisata. Apalagi, kultur budaya masyarakat Cilegon masih terpelihara hingga saat ini, tak lekang oleh derasnya arus industrialisasi di Kota Seribu Industri ini.
Menurut Benny, salah satu seni budaya yang paling dominan mewarnai berbagai kehidupan masyarakat Kota Cilegon adalah Pencak Silat. Kesenian ini masih terpelihara dengan baik di berbagai komunitas masyarakat yang masih memelihara budaya pencak silat, baik sebagai seni maupun sebagai olahraga bela diri.
Meski demikian, Benny memandang, saat ini kesenian Pencak Silat di Kota Cilegon belum tergarap secara optimal karena yang bisa lebih mempopulerkan seni bela diri itu kepada masyarakat luas. Untuk itu, Benny mengaku punya rencana khusus untuk lebih memperkenalkan pencak silat sebagai salah satu kekayaan khasanah budaya di Kota Baja.
“Rencananya, pada pertengahan bulan April 2009 akan dilaksanakan kegiatan pagelaran seni tradisional se-Kota Cilegon. Mudah-mudahan hal ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mendalami seni bela diri tradisional khas Cilegon sekaligus memperlihatkan potensi seni dan budaya yang dimiliki oleh Kota Cilegon,” kata Benny seraya menambahkan, juga akan melaksanakan pemilihan Duta Wisata Kota Cilegon 2009 dan pemilihanKang dan Nong serta pagelaran seni budaya lain dalam perayaan HUT Kota Cilegon.